KARAWANG, WJ GROUP _ Hari Pers Nasional (HPN) selama ini identik dengan PWI karena hari lahir organisasi tersebut pada 9 Februari dijadikan sebagai perayaan nasional bagi Insan Pers. Dualisme Kepengurusan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) masih tak kunjung usai selama satu tahun terakhir.
Bahkan Dualisme Kepengurusan PWI ini sampai pada puncaknya di Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2025. Riau dan Kalimantan Selatan (Kalsel) kini menjadi tuan rumah Pelaksanaan Hari Pers Nasional Tahun 2025, Dua kubu panitia, Dua lokasi perayaan, dan Dua klaim kebenaran bersinggungan di antara gegap gempita seremoni HPN ini.
Pecahnya PWI bermula dari persaingan internal dalam pemilihan ketua umum. Ilham Bintang, tokoh sentral dalam PWI satu dekade terakhir, disebut-sebut memiliki peran besar dalam perubahan peta dukungan. Ilham yang awalnya mendukung Henry Ch. Bangun, kemudian beralih mendukung Zulmansyah Sekedang dalam Kongres Luar Biasa PWI tahun lalu.
Henry, yang merasa masih menjadi ketua umum yang sah, tetap mempertahankan posisinya, sementara Zulmansyah didukung kelompok lainnya. Akibatnya, terjadi dualisme kepemimpinan yang menjalar ke berbagai Provinsi.
Sampai akhirnya Dewan Pers mengambil Kantor pusat PWI di Gedung Pers Jalan Kebun Sirih Jakarta disegel oleh Dewan Pers. Kursi keanggotaan PWI di Dewan Pers juga dikosongkan, akibat terjadi dualisme kepengurusan PWI versi ketum Heny Ch. Bangun dan PWI versi ketum Zulmansyah Sekedang.”Jelas Narasumber kepada WJ Group.
Dengan atau tanpa PWI, media dan wartawan akan terus berjalan. Perpecahan di tubuh PWI menandakan bahwa dunia pers di Indonesia sedang menghadapi tantangan besar, bukan hanya dari sisi bisnis media yang terus berubah, tetapi juga dari dinamika internal organisasi profesi wartawan.”Kata Asep Agustian S.H, M.H Pemerhati Kebijakan Pemerintah.
Asep Agustian menegaskan bahwa tanpa persatuan, organisasi seperti PWI bisa semakin kehilangan relevansinya. Namun, Ia juga mengingatkan bahwa media dan jurnalisme tidak akan berhenti hanya karena konflik internal organisasi. Dinamika dualisme kepengurusan PWI ini lebih didorong oleh kepentingan pribadi dan kelompok ketimbang perbedaan prinsip dalam dunia jurnalistik.”Urainya melalui pesan WhatsApp.
(*Jamal)