Ombudsman Jabar Terima Aduan Dari MasyarakatTerkait Aliran Air Minum Perumda Tirtawening

Bamdung, wartajabar.online _ Kepala Keasistenan Penerimaan Verifikasi Laporan Ombudsman Jawa Barat Fitry Agustine, Jumat (17/2/2023). Fitry mengatakan Saat awal tahun langsung ada aduan mengenai air minum Perumda Tirtawening Kota Bandung, hingga saat ini sudah ada tiga kali aduan.

Meski sedikit namun kita harus melihat adanya permasalahan yang berulang. Menurut Fitry, Ombudsman Jawa Barat menerima pengaduan dari masyaarakat terkait aliran yang dikelola Perumda Tirtawening Kota Bandung dimana alirannya tidak lancar.

Untuk tahun ini saja setidaknya sudah ada tiga kali aduan. Mengenai jenis aduan yang masuk diantaranya air yang mengalir kecil, air berhenti, atau lancar tapi hanya setengah malam. Laporan ini masuk dalam kategori reaksi cepat Ombudsman (RCO).

Hampir kebanyakan pengaduan yang masuk belum ditindaklanjuti dengan cepat. Untuk memenuhi kekurangan air tersebut masyarakat pun harus membeli air literan seperti galon, ujar Fitry Agustine.

Sementara itu Direktur Utama Perumda Tirtawening Kota Bandung Sonny Salimi menanggapi hal ini, memastikan pihaknya tidak pernah menahan air untuk tidak didistribusikan ke masyarakat.

Saat ini air yang dikelola Perumda Tirtawening Kota Bandung sekitar 2.200 – 2..400 liter per detik. Secara ideal harusnya suplai air untuk Kota Bandung mencapai 6.000 liter per detik.

Saat ini suplai kita baru berkisar 2.200 – 2.400 liter per detik. Itu pun sangat berpengaruh terhadap cuaca di cekungan Bandung.

Sonny meminta warga untuk segera menghubungi Perumda Tirtawening bila terdapat kendala dalam aliran air.

Pihaknya pun akan menyediakan mobil tangki air sebagai kompensasi dari kendala tersebut. Kami menghadirkan satu mobil tangki air kapasitas 5.000 liter yang bisa dimanfaatkan untuk 10-15 individu kategori masyarakat berpenghasilam rendah (MBR), ujar Sonny.

Tak hanya itu lanjut Sonny, saat aliran air tersebut pihaknya juga akan menyediakan air gratis dari mobil tangki saat masa paceklik atau kondisi insidental. Sebagai pengelola air PDAM memiliki tugas untuk mendistribusikan air.

Hal ini membutuhkan proses yang panjang dan harus diselesaikan secara bertahap. Solusinya bisa dengan District Meter Area (DMA). Sebab kondisi saat ini diakibatkan dari penduduk yang terlalu jauh atau posisi rumah yang lebih tinggi elevasinya akan menjadi pelanggan yang terakhir dapat air.

Ia mengaku tengah memperbaiki sistem distribusi wilayah utara. Itupun dananya sudah mencapai Rp.248 miliar dengan alternatif pembiayaan, kata Sonny.

Lebih lanjut kata Sonny Salimi, ada dua projek besar yang sedang running saat ini yaitu Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Gedebage sudah kita bangun dari tahun 2018 dan baru selesai 2022.

Kapasitas 700 liter per detik untuk blok Gedebage. Kedua kami bekerja sama dengan Perum Jasa Tirta yang mengelola air di cekungan Bandung. Kita sedang membuat studi kelayakan untuk menghadirkan air dari Saguling 3.500 liter per detik. Agar air dari Saguling bisa diairi ke Kota Bandung.

Selain cuaca faktor yang mengakibatkan air tidak mengalir sampai ke rumah masyarakat adalah ketergantungan dengan Indonesia Power. Kita sangat tergantung dengan aktivitas Indonesia Power yang memiliki otoritas mengelola Situ Cileunca dan Cipanunjang saat mereka menghentikan teknis kamipun artinya harus berhenti suplai kepada masyarakat pun jadi menurun.

Melihat kondisi ini Sonny berpendapat jika Kota Bandung tidak bisa dikategorikan krisis air.

Sebab volume kebutuhan masyarakat. Hanya memang untuk menjaga dan menambah jumlah volumen air bersih perlu adanya dukungan dari masyarakat.

Masyarakat juga punya tanggungjawab sosial dan lingkungan. Sungai-sungai bersih, air tanah kembali banyak, tutur Sonny.

(*Fadjar)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *