Luas Areal Tanam Meningkat, Purwakarta Dapat Penghargaan

Kabupaten yang dipimpin Bupati Anne Ratna Mustika itu, diganjar penghargaan dari Kementan

PURWAKARTA, WJ GROUP _  Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta dalam meningkatkan produksi padi dengan cara perluasan areal tanam mendapatkan apresiasi dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Kabupaten yang dipimpin Bupati Anne Ratna Mustika itu, diganjar penghargaan sebagai kabupaten terbaik dalam persentase peningkatan luas tanam.

Hal itu, tentu saja bukan tanpa alasan. Pasalnya, di Kabupaten Purwakarta dari waktu ke waktu terus dilakukan perluasan areal tanam sejalan dengan salah satu misi yang dicanangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purwakarta tahun 2018 – 2023 yaitu meningkatkan perekonomian masyarakat yang berbasis pedesaan.

Selain itu, Pemkab Purwakarta melalui Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) setempat juga terus mendorong semangat para petani dalam menanam padi dengan menggelorakan slogan bahwa di Purwakarta; setiap hari ada tanam dan setiap hari ada panen.

Semangat itu, tak ayal memberikan dampak peningkatan luas tanam secara nyata dikalangan para petani hingga sebesar 17, 72 persen Kerangka Sample Area (KSA). Kenaikan tersebut merupakan angka tertinggi di Provinsi Jawa Barat untuk Masa Tanam 2020.

Dan berkat keberhasilan tersebut Purwakarta mendapat penghargaan sebagai Kabupaten dengan Presentase Luas Tanam Padi Terbaik menurut Kerangka Sample Area (KSA) di Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 yang diberikan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Pada kesempatan penanaman pohon kelapa genjah sebagai apresiasi atas keberhasilan tersebut, pada Jumat 6 Nopember 2020 di Alun-alun Pasanggrahan Padjadjaran. Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika   mengungkapkan rasa bangganya atas komitmen para petani dan semua pihak terkait yang selalu mengawal untuk mewujudkan peningkatan produksi pertanian yang menjadikan produksi padi terus meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.

Menurutnya, pada sisi kuantitas walaupun potensi luas lahan sawah cukup terbatas namun luas akumulasi tanam tahunan selalu meningkat. Indek pertanaman meningkat, produktivitas per-satuan luas meningkat dan juga didukung oleh intervensi teknologi yang memadai.

“Oleh karena itu, pada sisi kualitas dengan sendirinya akan terjadi peningkatan hasil. Para petani di Purwakarta juga selalu melakukan inovasi-inovasi, misalnya pengembangan budidaya padi khusus seperti pengembangan padi organik dan budidaya padi varietas unggul baru. Dengan demikian kami sangat optimis nilai tukar usaha tani akan terjadi peningkatan,” kata Ambu Anne.

Mantan Mojang Purwakarta itu juga menyampaikan bahwa dengan tibanya musim penghujan sejak November ini, pihaknya menghimbau agar para petani selalu memanfaatkan potensi air untuk kegiatan menanam baik di sawah ataupun di lahan darat serta menganjurkan untuk sebaik-baiknya memanfaatkan lahan.

Sementara itu, terkait pohon kelapa yang ditanam di alun-alun dalam momentum tersebut, ia memaknai apresiasi itu, bahwa pohon kelapa adalah lambang kehidupan dengan berbagai manfaat. Tidak ada satu bagian pohon pun yang tidak berguna   untuk obat, bahan pangan bahan industri dan lainnya. “Jadi, intinya bahwa tidak ada bagian yang tidak berguna pada pohon kelapa,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan, mengungkapkan rasa syukurnya karena selama 2020 ini perkembangan luas tanam telah melampaui target.

“Target tanan sekitar 38.000 hektar, dan sampai minggu pertama bulan ini sudah mencapai luas tanam 40.800 hektar dengan perkiraan dapat menghasilkan kurang lebih 137.035 ton beras,” kata Agus.

Selain itu, ia juga mengungkapkan rasa bangganya karena pengukuran kinerja peningkatan luas tanam yang dinilai didasarkan kepada metoda Kerangka Sample Area (KSA).

“KSA adalah suatu metoda pengukuran yang digunakan oleh BPS sejak tahun 2018 dengan tingkat akurasi yang memadai,  sehingga optimis data-data seperti luas panen dan produksi yang disajikan terhindar dari sumber kebiasan. Kondisi tersebut memberikan kepastian dalam mengestimasi kecukupan atau adanya surplus terhadap konsumsi pangan terutama beras,” demikian Agus. (*Jhon Piter Tamba)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *